Selasa, 08 Januari 2013

PANEN DAN PASCA PANEN TEPAT MENEKAN KEHILANGAN HASIL PANEN* Oleh : Roostian Moordiani, SP**


 Beras merupakan sumber karbohidrat penting dan menjadi bahan pangan pokok bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Kestabilan stok beras sangat besar pengaruhnya terhadap ketahanan pangan, kestabilan politik maupun ekonomi bangsa. Usaha untuk meningkatkan produksi telah berhasil dilakukan oleh pemerintah, namun belum diikuti dengan penanganan pascapanen dengan baik, sehingga mengakibatkan lebih dari 9% kehilangan hasil panen. Titik kritis kehilangan hasil terjadi pada tahapan pemanenan dan perontokan. Dengan tingkat kehilangan yang masih cukup tinggi, yaitu pada tahapan pemanenan kehilangan masih berkisar 9%, dan pada tahapan perontokan masih lebih dari 4%.  
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kehilangan hasil panen antara lain varietas padi (beberapa varietas padi sangat mudah rontok yaitu golongan IR, dan varietas yang susah rontoh yang umumnya padi bulu/varietas Fatmawati), alat dan cara panen yang menentukan besar kecilnya kehilangan hasil, perilaku petani/penderep, umur panen, alat perontok, lokasi dan musim. 


TEKNOLOGI PENEKANAN KEHILANGAN HASIL
Perbaikan sistem penanganan pascapanen padi dilakukan dengan tujuan antara lain (1) mengurangi atau menekan kahilangan hasil, (2) memperbaiki kualitas gabah dan beras, (3) meningkatkan rendemen giling serta harga jual beras.
Beberapa langkah hal yang dapat dilakukan untuk menekan kehilangan hasil pascapanen padi sebagai berikut:
1.   Penentuan Umur Panen
Umur panen optimal padi dicapai setelah 90-95% butir gabah pada malai padi sudah berwarna kuning atau kuning keemasan. Padi yang dipanen pada kondisi tersebut akan menghasilkan gabah yang berkualitas sangat baik, dengan kandungan butir hijau dan butir mengapur yang rendah. Padi yang dipanen pada kondisi optimum juga akan menghasilkan rendemen giling yang tinggi.
2.   Teknologi Pemanenan
Penggunaan sabit gerigi dapat menekan kehilangan hasil sebesar 3 %. Cara panen padi yang biasa dilakukan petani ada 3 yaitu (1) cara panen potong bawah jika perontokan menggunakan alat pedal thresher, (2) cara panen potong tengah dan (3) cara panen potong atas juka perontokan dengan menggunakan alat perontok power thresher. 

3.   Penumpukan dan pengumpulan padi
Untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kehilangan hasil saat panen sebaiknya pada waktu penumpukan padi dan pengangangkutan menggunakan alas plastik, sehingga gabah yang rontok dan tercecer dapat ditampung dalam wadah tersebut. Penggunaan alas dan wadah pada saat penumpukan dan pengangkutan dapat menekan kehilangan hasil antara 0.94-2.36%.
4.   Teknologi Perontokan
Perontokan padi dilakukan setelah tahapan pemotongan padi (pemanenan). Perontokan bertujuan untuk melepas gabah dari malai. Dahulu perontokan dilakukan dengan cara dibanting/dipukul-pukul. Cara ini mengakibatkan banyaknya kehilangan hasil.
Salah satu cara menguranginya dengan menggunakan  mesin perontok. Ada beberapa tipe dan model mesin perontok yang telah dikembangkan. Mesin perontok manual pedal “thresher” dan mesin perontok padi mekanis “power thresher”
 Kinerja alat perontok akan menentukan tingkat kehilangan hasil. Kecepatan putaran silinder perontok menentukan hasil perontokan, kehilangan hasil dan gabah yang tidak terontok karena masih menempel pada malai padi. Alat perontok pedal “thresher” berputar pada kecepatan 100-150 rpm, sedangkan “power thresher” disarankan pada 400-450 rpm.

5.   Teknologi Pengeringan
Untuk menghasilkan beras berkualitas baik, gabah hasil panen harus diturunkan kadar airnya secara cepat dengan penjemuran dengan sinar matahari langsung. Cara lain menggunakan alat pengering buatan yang menghasilkan gabah berkualitas lebih baik. hal ini disebabkan suhu pengering, aliran udara panas dan laju penurunan kadar air dapat dikendalikan.  
Gabah yang terlambat dikeringkan akan berakibat tidak baik terhadap kualitas berasnya. Hal ini disebabkan gabah hasil panen dengan kadar air tinggi dan kondisi lembab mengalami respirasi dengan cepat. Akibatnya butir gabah busuk, berjamur, berkecambah maupun mengalami reaksi browning enzimatis sehinga beras berwarna kuning/kuning kecoklatan. Kehilangan hasil pada tahapan penjemuran umumnya disebabkan oleh (1) fasilitas penjemuran seperti lantai jemur maupun alas lainnya yang kurang baik, sehingga banyak gabah yang tercecer dan terbuang saat proses penjemuran dan (2) gangguan hewan seperti ayam, burung, kambing dll.
6.   Teknologi Penyimpanan
Petani umumnya menyimpan gabah dengan sistem curah, yaitu gabah yang sudah kering dicurahkan pada satu tempat yang dianggap aman dari gangguan hama maupun cuaca, atau dengan cara penyimpanan dengan menggunakan kemasan/wadah seperti karung plastik, karung goni, pengki tenggok dan lain-lain. Kehilangan hasil saat penyimpanan disebabkan oleh kondisi kemasan, tempat penyimpanan, gangguan hama dan penyakit gudang dan keadaan cuaca setempat, kadar air gabah akan mengikuti kondisi keseimbangan udara luar. Pada wadah yang kedap udara umumnya kadar air penyimpanan tidak akan banyak mengalami perubahan, sedangkan pada konsisi wadah yang tidak kedap udara kadar air gabah akan mengikuti perubahan sesuai dengan kelembaban udara sekitarnya.
Lama penyimpanan akan berpengaruh terhadap kualitas gabah yang dihasilkan. Pada kondisi kadar air tinggi yang akan diikuti dengan kelembaban yang tinggi, kerusakan gabah selama penyimpanan akan semakin cepat.
7.   Teknologi penggilingan
Proses pengilingan adalah proses pengupasan gabah untuk menghasilkan beras yaitu dengan cara memisahkan lapisan lemma dan palea serta mengeluarkan biji beras.  Kehilangan pada tahapan penggilingan umumnya disebabkan oleh penyetelan blower penghisap, penghembus sekam dan bekatul. Penyetelan yang tidak tepat dapat menyebabkan banyak gabah yang terlempar ikut ke dalam sekam atau beras yang terbawa ke dalam dedak. Hal ini menyebabkan rendemen giling rendah.
Selain teknologi tersebut diatas, SDM dan steakholder juga sangat berpengaruh dalam menekan kehilangan hasil panen. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teknologi penekanan kehilangan hasil pasca panen, diantaranya adalah peningkatan kemampuan dan keterampilan petani, teknologi yang tepat sesuai dengan lokasi, pembentukan dan pemberdayaan kelompok, manajemen lapangan, pelatihan dan pembinaan SDM, pembinaan kelembagaan.
Jika semua dilakukan dengan tepat dan benar, maka diharapkan hasil produksi padi dan beras yang diperoleh oleh para petani khususnya di masa yang akan datang akan lebih meningkat dari hasil yang sebelumnya.
*dari berbagai sumber
**Penyuluh Pertanian Pertama